sub specie aeternitatis
11.04.2023
“sekarang” persis setelah semi-colonnya nutup, waktu di jam dua, di background selagi saya menulis, berdentang pelan Flim-nya mas richard, seperti bagaimana-nya flim bergema gratis di kepala saya selama satu bulan terakhir.
pun selama sebulan terakhir sebagai bentuk pelarian dari realitas bernaratif post apocalyptic, post-modern, post-mortem dan bagong-bagongnya hidup sembari menunggu meta-modern dimulai dan proserpina turun dari kayangan,
di perselancaran saya di web, nemu obsidian.md dan dengan ini menyatakan bangkrutnya benak sebagai organ penyimpan informasi.
Hardware > unreasonably unreliable biological organ read: YOUR BRAIN
“everything’s not saved would be lost” kata yutuber koding ini, but TLDW ide dasarnya dari Extended Mind Thesis -nya Andy Clark yang menyatakan kalo benak kita ekstensif juga ke teknologi yang kita pake sehari hari, jadi daripada rely ke memori bawaan kita yang limited banget, into the mind palace nyari confo/info yang terkubur dalem, dari bejibun informasi yang apalagi di era ini ya, overkonsumsi dan jadi noise.
mending kita catet saja segalanya,
tiap buku, artikel, wiki
segala yang penting kita catet, store ke storage yang reliable, dengan format yang reliable, preferrably Plain Text triple backup di cloud, personal server, dan drive fisik.
karena beberapa ratus tahun ke depan cloud yang nge-store data kita bisa saja ilang dan ekstensi file bisa jadi usang, tapi Unicode takkan pernah lekang oleh waktu. ~ey
baca juga : Externalism
shameless trauma dump: si diesu mbe andrikku ri ambo’ ku
>>>END RELAY<<< sub specie aeternitatis, is from Baruch Spinoza onwards ” a honorific expression describing what is universally and eternally true, without any reference to or dependence upon the temporal portions of reality. In clearer English, sub specie aeternitatis roughly means “from the perspective of the eternal” ”
currently reading : Do Androids Dreams of Electric Sheep